Senin, 15 September 2008

Wawancara Dr. Barmawy Munthe dengan Najib Mahfuz

Barmawy Munthe seorang pengajar pada Universitas Islam Negeri di Indonesia sekaligus pakar kajian karya-karya sastra Najib Mahfuz. Novel The New Cairo menjadi bahan kajian studinya untuk meraih gelar Master di Universitas McGill, Kanada. Kini Bermawy tengah menulis disertasi tentang perempuan dalam Trilogi Kairo. Wawancara berikut berlangsung di Kairo baru-baru ini.

Munthe: “Saya sangat bangga disebut sebagai pakar karya-karya Anda di Indonesia dan juga mendatangkan rezeki dengan kajian-kajian yang saya tulis.”

Mahfuz (tertawa): “Uang sepertinya penting.”

Munthe: “Saya heran melihat kondisi perempuan sekarang dan perubahan mereka setelah Anda menulis Trilogi Kairo”

Mahfuz: “Novel itu menggambarkan kaum perempuan dalam berbagai karakter. Anda melihat karakter perempuan yang tradisional dan patuh, juga ada yang tipe perempuan modern.”

Munthe: “Dalam penelitian, saya membandingkan antara dunia fiksi dan realita sejarah. Perubahan realita sejarah mendorong perubahan dalam dunia fiksi. Realitas yang Anda gambarkan dalam novel tersebut sangat dinamis. Sangat fleksibel dengan menawarkan adanya perkembangan kondisi, tidak hanya sebatas potret.”

Mahfuz: “Saya menghadirkan 3 generasi perempuan dengan karakter-karakter yang dipengaruhi perkembangan jaman.”

Munthe: “Saya menyadari bahwa di samping adanya perubahan jaman, juga ada karakter yang statis sehingga berdampak pada generasi berikutnya. Gambaran perempuan yang ada dalam novel Anda adalah perempuan sangat rajin, pandai, dan berhati keras. Mereka memperlihatkan kebenaran dan kebaikan dalam berbagai bentuk. Saya yakin Anda meyakini soal evolusi perempuan. Tokoh-tokoh Anda berubah secara perlahan-lahan menjadi sosok yang liberal. Aminah adalah satu fase yang berbeda dari Aisah dan Khadijah. Susan Hammad dalam al-Sukkariyah juga demikian. Ketiga fase tersebut terhubung pada satu pesan moral. Mereka tampil apa adanya tanpa ingin memberontak atau memicu kerusuhan.

Jejak para perempuan dalam Trilogi ini berbeda dengan kebebasan perempuan di Barat yang akhir-akhir ini penuh perlawanan. Alasan perubahan perilaku dan pemikiran tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini terdorong oleh pendidikan. Putri Abdel Jawad bersekolah di rumah, sedangkan istri Mahmoud belajar di sekolah.”

Mahfuz: “Subjek Apa yang akan Anda ajarkan setelah meraih gelar PhD?”

Munthe: “Tentu saja masih seputar karya-karya Anda yang sangat mengagumkan, dalam, kaya, dan penuh dimensi yang belum sepenuhnya tereksplorasi. Saya membaca banyak tulisan tentang Anda. Tapi tiap kali membaca karya-karya Anda, selalu saja saya temukan sesuatu yang baru dan luput dari perhatian. Novel-novel Anda sangat populer di Indonesia.”

Mahfuz: “Apakah sudah ada versi terjemahannya?”

Munthe: “Kami membaca versi bahasa Arab. Kami belajar bahasa Arab karena itu adalah bahasa Al-Quran.”
Dr. Bermawy Munthe adalah staf pengajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Indonesia. Wawancara ini dilakukan saat penulisan disertasi untuk gelar doktornya.

Sumber: Al-Ahram Weekly, 16 - 22 March 2006 Issue No. 786

Diterjemahkan oleh Muallaqat Forum Jogjakarta
Editor: Nisrina Lubis


4 komentar:

MHA mengatakan...

Salam alaik,
Salam kenal. Ini dengan siapa ya? Di Jogja di mana? Kok ada wawancara Pak Munthe? Ada hubungan Anda dengan BSA UIN Jogja? Saya alumnus sana lho, hehe.
Trims.
Wassalam,

MHA

epri kurnia mengatakan...

assalamu'alaikum...
mas atho', blognya bagus!ko gak promosi bulletin al-muallaqot sekalian?atau aku yang gak tahu ya?he...btw, ada ebook gratis kamus amiyah ga?

bingung ya?
aku pernah datang ke sekretariat plusnya mas atho' nyari buku2 arab..pernah juga ketemu di jalan tapi saya ga nyapa. soale ragu kalo salah orang...he..he..afwan ya?

wassalam

Muallaqat Forum mengatakan...

@ MH. Abid
salam kenal juga. maaf baru sempat liat2 lagi karena lagi siapin space baru yang lebih komprehensif (www.duniaarab.com). Ini dengan muallaqat forum. kami biasa nongkrong di kafe djendelo tanah airkoe toko buku toga mas jogja. kami berasal dari macam2 latar belakang mas. wawancara ini kami nemu di koran mingguan al-ahram Mesir sana trus kami terjemahkan jadinya kira2 spt ini.

@Prie_pun
ok thanks. mas atho-nya lagi jarang OL. nanti tak sampein.

Teguh Luhuringbudi mengatakan...

Mas Abid, masih adakah foto koran wawancaranya?

Posting Komentar