Selasa, 26 Agustus 2008

Biografi Najib Mahfuz

Nama lengkapnya adalah Najib Mahfuz Abdul Aziz Ibrahim Basya, dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1911, di Bandar Gamalia daerah pinggiran Kairo, Mesir. Keluarganya tergolong misikin dan tidak mengecap pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan yang kemudian beralih profesi menjadi pedagang. Mahfuz mempunyai enam saudara; dua laki-laki, empat perempuan. Keenam saudaranya ini telah mendahului menghadap Yang Maha Kuasa saat masih berusia balita. Jadilah Mahfudz kecil hidup tanpa canda dari kakak dan adiknya.
Pada tahun 1917, usia enam tahun, Mahfuz dan keluarganya tidak lagi menghirup suasana pinggiran Kairo yang kumuh dan tertinggal. Keluarganya pindah ke kawasan Abbasiyah yang lebih bersih dan modern. Pada saat itu, Mahfuz mulai mengecap pendidikan dasar, al-Madrasah al-Ibtida'iyyah. Pada tahun 1924, di usia tiga belas tahun, Mahfuz memasuki Sekolah Lanjutan; al-Madrasah ats-Tsanawiyyah Fu'ad al-Awwal.
Seiring peningkatan perekonomian keluarganya, pada tahun 1930 Mahfuz melanjutkan studinya di jurusan Filsafat Islam Universitas Kairo. Pada tahun 1934, Mahfuz mengantongi ijazah Sarjana Filsafat. Sebenarnya, Mahfuz mendapatkan tawaran dari Mustafa Abdul Raziq, salah seorang Guru Besar Universitas Kairo untuk menempuh program Doktor dalam bidang Filsafat dan Mistik Islam, namun tawaran itu ditolaknya. Kesenjangan sosial yang dirasakannya sejak kecil dan penderitaan kaum kecil yang tertindas oleh kekuasaan birokrasi Mesir membuat solidaritasnya bangkit. Mahfuz memilih pekerjaan di almamaternya dan menekuni bidang tulis-menulis.

AKTIVITAS NAJIB MAHFUDZ
Sejak pertengahan 1936 sampai 1939, Mahfuz mengabdi di almamaternya sebagai staf Sekretaris Universitas. Karier Mahfuz menanjak perlahan. Selepas dari pekerjaan ini, ia ditugaskan di Kementrian Agama dan Urusan Waqaf. Pekerjaan ini ditekuninya hingga tahun 1964. Pada tahun yang sama, di usia 43 tahun, ia mengakhiri masa lajangnya. Dan sejak saat itulah terjadi perubahan mendasar pada karier Mahfuz, ia diangkat sebagai Direktur Pengawasan Seni.
Pada tahun 1957, ia ditetapkan sebagai Direktur Lembaga Perfilman Nasional Mesir. Selama delapan tahun, Mahfuz mengabdi pada lembaga tersebut hingga ditetapkan sebagai anggota Dewan Tinggi Perlindungan Seni dan Sastra pada tahun 1965. setelah menjadi Penasihat Menteri Kebudayaan Mesir pada tahun 1971, Mahfuz memutuskan pensiun dan kembali mendalami minatnya dalam tulis-menulis, yakni sebagai editor sastra pada Surat Kabar al-Ahram; sebuah surat kabar harian yang dimiliki pemerintah Mesir.

KARYA-KARYA NAJIB MAHFUDZ
Sepanjang kehidupannya, Mahfuz telah menulis sekitar 70 cerita pendek, 46 karya fiksi, serta sekitar 30 naskah drama. Hingga saat ini, karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia termasuk Indonesia. Karya pertama Mahfuz diterbitkan pada tahun 1932, di usia 21 tahun, dalam bentuk terjemahan berjudul al-Misr al-Qadimah. Sejak itu berturut-turut Mahfudz menulis; Hams al-Junun (1938, Cerpen), Abats al-Akdar (1939), serta Redouvis (1943) dan kisah Kifah Thibah (1944). Karya-karyanya tersebut di atas, kerap dianggap sebagai akhir dari periode romantisme Mahfuz. Setelah karya-karya tersebut, ia menjauhi gaya bahasa Manfalutisme (gaya bahasa yang digunakan oleh al-Manfaluti). Kemudian Mahfuz menulis al-Qahirah al-Jadidah (1945).
Tahun 1946, Mahfuz menulis Khan al-Khalili. Selanjutnya berturut-turut ia menulis Zuqaq al-Midaq (1947), as-Sarab (1948), serta Bidayah wa Nihayah (1949). Karya-karyanya ini menandai perubahan gaya bertutur Mahfuz dari romantisme menjadi realisme. Pada tahun 1956-1957, Mahfuz mulai menulis triloginya; Baina al-Qasrain, Qasr asy-Syauq, dan as-Sukriyyah. Trilogi setebal 1500 halaman ini menjadikannya dianugerahi hadiah Nobel Sastra yang diterimanya pada tanggal 13 Oktober 1988 dari Akademi Sastra Internasional di Swedia.
Tahun 1960, Mahfuz menulis Aulad Haratina (edisi bahasa Inggris oleh Philip Steward dengan judul The Children of Our Quarter, London; 1981). Novel panjang ini terbagi dalam lima bab, yakni; Adham, Jabal, Irfah, Rifa'ah, dan Qasim. Penulisan serial novel ini sekaligus menggambarkan arah baru gaya kepenulisan Mahfuz, yakni Simbolisme-Filosofis.
Selanjutnya, Mahfuz menulis al-Liss wa al-Kilab (1961), as-Samman wa al-Kharif, dan Dunya Allah (1962), ath-Thariq (1964), Bait Sayyi' as-Sum'ah dan asy-Syihaz (1965) serta Sarsarah Fauza an-Nil (1966), masih dengan kecenderungan Simbolisme-Filosofis. Pertengahan tahun 1967 sampai 1969, ia membuat cerpen-cerpennya yang merespon persoalan-persoalan keagamaan, nasionalisme Mesir, dan politik. Hal ini bisa dilihat dalam Khimarah al-Qiththi al-Aswad dan Tahta al-Mizallah serta Qisytamar (1969), Hikayah Bi La Bidayah Wa La Nihayah dan Syahru al-'Asal (1971), al-Maraya (1972), al-Hubbu Tahta al-Mathar (1973), al-Karnak (1974), Hikayat Haratina, Qalbu al-Lail, dan Hadhrat al-Muhtaromi (1975), Milhamah al-Harafisy (1977), al-Hubbu Fauqa Hadhbat al-Haram dan asy-Syaithan (1979), 'Ashru al-Hubbi (1980), dan Afrah al-Qubbah (1981).
Pada tahun 1994, Mahfuz mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Ia ditikam di bagian leher dengan sebilah pisau dapur. Kejadian ini membuat tangan kanan Mahfuz hampir mengalami kelumpuhan. Dua orang anggota kelompok militan yang terlibat dalam kejadian ini, divonis hukuman mati oleh pemerintah Mesir.
Pada masa tuanya, Najib Mahfuz hidup dengan mata yang hampir buta dan kemudian meninggal pada 30 Agustus 2006 setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

Penghargaan :
- 1968 hadiah kesusastraan dari Pemerintah Mesir
- 1972 menerima Decoration of Republic of the 1st Order.
- 1988 menerima Collar of the Nile which is the highest order in Egypt.
- 1988 menerima anugerah Nobel Sastra dari Akademi Nobel Swedia

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima kasih artikelnya, hanya saja tahun 1994 mengapa sampai beliau di tikam pisau, hal ini yang membuat pembaca bertanya-tanya.
Entah dengan siapa beliau bisa di sejajarkan dengan sastrawan indonesia, pramoedya ananta toer misalkan.
tapi bagaimanapun biagrafi beliau cukup untuk menyemangati para penulis muda untuk terus berkarya dan mengembangkan nilai nilai tulisannya.

www.perangkap-nyamuk.blogspot.com

Unknown mengatakan...

setahu saya beliau menuliskan karya berbau raligius sentimental pada awlad haratani... para muslim garis keras merasa tidak nyaman dengan itu, dan melakukan percobaan pembunuhan terhadapnya...

Posting Komentar